Rabu, 26 Mei 2010

SELF REFLECTION ABOUT NAPZA

 Menyenangkan sekali. Itulah kesan yang selalu di rasakan setiap kali melakukan kunjungan dalam mata ajar Manajemen Kekerasan dan NAPZA ini. Kunjungan pertama di komunitas, saya dan kelompok memang belum mendapatkan kesan yang sesuai dengan apa yang diajarkan, karena keluarga yang diberikan kepada saya dan kelompok bukanlah kasus kekerasan maupun NAPZA, melainkan kasus Gagal Ginjal. Namun, kami belajar banyak dari kakak S2 yang sedang melakukan kegiatan di komunitas. Belajar bagaimana cara mengkaji keluarga di komunitas.
Kunjungan kedua, saya harus menelan kekecewaan, karena tidak berhasil melakukan interaksi langsung dengan pengguna NAPZA yang ada di RS Marzoeki Mahdi, Bogor. Tidak hanya saya, namun teman-teman juga tidak bisa melakukan interaksi langsung. Kami hanya dibawa berkeliling ruangan NAPZA dan melihat-lihat apa saja program kegiatan yang ada di sana. Walaupun tidak bisa interaksi langsung, namun sharing pengalaman yang diberikan dari ex-user cukup membuat saya tercengang. Dua jempol saya acungkan untuknya karena berhasil survive dalam kehidupannya yang “hitam-putih”. Walaupun dia adalah mantan pengguna, namun kemauannya serta dukungan keluarga mampu membuatnya bertahan dan sukses menjadi pekerja di RSMM tersebut, tidak hanya itu, dia juga berhasil menyelesaikan kuliah S1 Psikologinya di UI dan berencana mengambil S2 dalam bidang yang sama. Luar biasa. Mulai terlihat kebenaran ilmu yang saya pelajari dalam mata kuliah ini, dimana dukungan keluarga sangatlah penting untuk membuat koping individu (mantan pengguna) terbentuk secara efektif. Bila dukungan keluarga positif, maka individu yang mengalami kecanduanpun bisa terbebas dari masalahnya dan keluar menjadi orang yang “baru” yang lebih baik dan lebih sehat tentunya.
Awesome. Hanya itu kata yang bisa saya katakan ketika melangkah masuk ke dalam Lapas. Tidak ada rasa takut. Tidak ada ke-ngeri-an dengan stigma yang buruk tentang penjara. Saat masuk di dalamnya, seperti masuk ke dalam sebuah sekolah kepribadian. Wanita-wanita cantik, ber-make up yang sangat sesuai, tidak mencolok, anggun, segar, terlihat gemuk (berisi), dan dengan model rambut yang berbeda-beda (mulai berbeda warna, sampai model rambut yang sedang in). Kami diterima dengan baik oleh pihak lapas dan warganya (para napi), yang lebih mengagumkan, kami disambut oleh suara-suara emas dari vocal group lapas. Mereka menyanyikan beberapa lagu untuk kami. Luar biasa, cantik dan bersuara emas. Sempat berpikir, tidak sepantasnya mereka ada di sini, kenapa mereka ada di sini, dan masih banyak hal yang terlintas di kepala. Namun, semua pertanyaan segera terjawab. Saya berhasil berinteraksi dengan salah satu napi. Awalnya dia malu untuk menceritakan tentang dirinya, namun setelah saya menceritakan maksud dan tujuan saya datang, dia tanpa rasa malu-malu lagi, dia mau menceritakan apapun yang saya tanyakan. Bahkan dia mengatakan senang bisa berbagi cerita dan pengalaman dengan saya, karena di dalam lapas dia tidak pernah berbicara tentang masalah pribadi atau apapun yang dia rasakan kepada orang lain. Dia menganggap napi lain juga pasti mengalami masalah yang sama dengannya, jadi dia khawatir bukannya mendapat solusi, malah memberikan beban buat orang lain karena ceritanya. Napi yang berinteraksi dengan saya akan keluar dari lapas bulan September, namun dia belum tahu apa yang akan dilakukannya saat keluar nanti. Pada saat itu, saya mencoba untuk memberikan intervensi berupa saran-saran agar dia dapat kembali ke masyarakat dan berguna bagi masyarakat. Saya kaji aspek positif yang dimiliki, yaitu kemampuannya menjahit dan memasak. Lalu saya anjurkan untuk semakin sering berlatih menjahit dan memasak agar bisa mandiri saat kembali ke masyarakat nanti. Walaupun masih kurang yakin dengan apa yang saya katakan, namun dia mengatakan sangat senang dengan masukan yang saya berikan, karena dia sendiri tidak terpikirkan mau buka usaha jahit atau catering saat keluar dari lapas nanti. Dia mengatakan kalau nanti keluar dari lapas, akan selalu mengingat saran saya agar tidak seperti orang kehilangan arah, dan dia juga akan semangat untuk berlatih menjahit lebih baik lagi agar hasilnya nanti dapat dijadikan usaha. Senang sekali mendengar hal tersebut.
Semoga, ada hal-hal baik yang bisa saya tinggalkan di semua tempat yang saya kunjungi, karena sayapun mendapatkan hal-hal baik dari sana. Terima kasih kepada Tim mata ajar Manajemen Kekerasan dan NAPZA atas kesempatan tak terlupakan ini.

Sabtu, 06 Maret 2010

ANALISA GAS DARAH

A.    Definisi
Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai: Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida dalam darah
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis.

B.     Manajemen Asam Basa
1.      Asam adalah ion hydrogen atau dodnor proton. Suatu cairan disebut asam bila mengandung H+ atau mampu melepas atau memberikan H+.
2.      Basa adalah garam dari ion hydrogen atau akseptor proton. Suatu cairan bersifat basa bila sanggup menerima H+.
3.      Asam karbonat (H2CO3) adalah asam karena mampu melepas H+ dan menjadi HCO-3. Sedangkan bikarbonat adalah (HCO3) adalah basa karena mampu menerima H+ untuk kemudian menjadi H2CO3.

C.    Regulasi Asam Basa
Regulasi sistem asam basa diatur oleh tiga sistem yaitu sistem pernafasan, sistem renal dan sistem buffer.
1.      Sistem Pernafasan
2.      Sistem Renal
3.      Sistem Buffer

D.    Tujuan
1.      Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2.      Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
3.      Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh

E.     Indikasi
1.      Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2.      Pasien deangan edema pulmo
3.      Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS
4.      Infark miokard
5.      Pneumonia
6.      Klien syok
7.      Post pembedahan coronary arteri baypass
8.      Resusitasi cardiac arrest
9.      Klien dengan perubahan status respiratori
10.  Anestesi yang terlalu lama

F.     Komplikasi
1.      Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri
2.      Perdarahan
3.      Cidera syaraf
4.      Spasme arteri

G.    Lokasi Pengambilan Darah Arteri
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak.
Untuk Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test), cara allen’s test: Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

I.       Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD
1.      Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2.      Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
3.      Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
4.       Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah

J.      Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.      Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
2.      Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah darah membeku
3.      Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi lokal
4.      Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui§ kepatenan arteri
5.      Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
6.      Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku
7.      Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada vena)
8.      Keluarkan§ udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus
9.      Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
10.  Segera kirim ke laboratorium ( sito )

K.    Prosedur Pengambilan
1.      Persiapan Pasien
a)      Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
b)      Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
c)      Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
d)     Jelaskan tentang allen’s test
2.      Alat
a)      Spuit gelas atau plastik 2, 5 atau 10 ml
b)      Botol heparin 10 ml, 1000 unit/ml (dosis-multi)
c)      Jarum nomor 22 atau 25
d)     Penutup udara dari karet
e)      Kapas alcohol
f)       Wadah berisi es (baskom atau kantung plastik)
g)      Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi:
·         Nama, tanggal dan waktu
·         Apakah menerima O2 dan bila ya berapa banyak dan dengan rute apa
·         Suhu pasien
3.      Tekhnik
a)      Arteri radialis umumnya dipakai meskipun brakhialis juga dapat digunakan
b)      Bila menggunakan pendekatan arteri radialis lakukan tes Allen’s. Secara terus menerus bendung arteri radialis dan ulnaris. Tangan akan putih kemudian pucat. Lepaskan aliran arteri ulnaris. Tes allen’s positif bila tangan kembali menjadi berwarna merah muda. Ini meyakinkan aliran arteri bila aliran arteri radialis tidal paten
c)      Pergelangan tangan dihiperekstensikan dan tangan dirotasi keluar
·         Penting sekali untuk melakukan hiperekstensi pergelangan tangan, biasanya menggunakan gulungan handuk untuk melakukan ini
·         Untuk pungsi arteri brakialis, siku dihiperekstensikan setelah meletakkan handuk di bawah siku
d)     1 ml heparin diaspirasi kedalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin, dan kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dan tak ada gelembung udara
e)      Arteri brakialis atau radialis dilokalisasi dengan palpasi dengan jari tengah dan jari telunjuk, dan titik maksimum denyut ditemukan. Bersihkan tempat tersebut dengan kapas alcohol
f)       Jarum dimasukkan dengan perlahan kedalam area yang mempunyai pulsasi penuh. Ini akan paling mudah dengan memasukkan jarum dan spuit kurang lebih 45-90 derajat terhadap kulit
g)      Seringkali jarum masuk menembus pembuluh arteri dan hanya dengan jarum ditarik perlahan darah akan masuk ke spuit
h)     Indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya pemompaan darah kedalam spuit dengan kekuatannya sendiri.
(Bila kita harus mengaspirasi darah dengan menarik plunger spuit ini kadang-kadang diperlukan pada spuit plastik yang terlalu keras sehingga tak mungkin darah tersebut positif dari arteri.Hasil gas darah tidak memungkinkan kita untuk menentukan apakah darah dari arteri atau dari vena)
i)        Setelah darah 5 ml diambil, jarum dilepaskan dan petugas yang lain menekan area yang di pungsi selama sedikitnya 5 menit (10 menit untuk pasien yang mendapat antikoagulan)
j)       Gelembung udara harus dibuang keluar spuit. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit. Putar spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
k)     \Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es, kemudian dibawa kelaboratorium

L.     Nilai Rujukan AGD
Komponen
Nilai Normal
Satuan
pH
7,35 – 7,45

paCO2
35 – 45
mmHg
paO2
80 – 100
mmHg
HCO3
20 - 26
mEq/l
Total CO2
21 - 27
mEq/l
Base Ekses
(-)2,5 – (+) 2,5
mEq/l
Saturasi O2
95 – 98
%
SBc
22 – 26
mEq/l

M.   Pembacaan AGD
Hasil interpretasi AGD
Asidosis

HCO3
PCO2
PH
Metabolik
Tak terkompensasi
N

Terkompensasi sebagian

Terkompensasi sempurna
N


Alkalosis

HCO3
PCO2
PH
Metabolik
Tak terkompensasi
N

Terkompensasi sebagian

Terkompensasi sempurna
N

1.      Lihat Ph, (apakah asidosis atau alkalosis)
2.      Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang mendukung sesuai dengan hasil pH (untuk menentukan respiratirik atau metabolik)
3.      Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk menentukan adanya kompensasi sebagaian atau tidak)
4.      Lihat pO2 untuk melihat adanya Hipoksemia atau Hiperoksemia
Bila nilai Ph normal tetapi terjadi kelainan nilai HCO3 atau PCO2 maka;
1.      Lihat nilai pH, pH 7,35 – 7,40 adalah asidos dan pH 7,41 – 7,45 adalah alkalosis
2.      Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang mendukung sesuai dengan hasil pH (untuk menentukan respiratirik atau metabolik)
3.      Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk menentukan adanya kompensasi penuh atau tidak)
4.      Lihat pO2 untuk melihat adanya Hipoksemia atau Hiperoksemia
Menentukan apakah sudah terkompensasi atau belum
Ada tiga jenis kompensasi dalam keseimbangan asam basa, yaitu kompensasi penuh, sebagian atau tidak ada kompensasi.
1.      Tidak Ada Kompensasi
Dikatakan tidak ada kompensasi bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH dalam batas normal.
2.      Kompensasi Sebagian
Dikatakan terdapat kompensasi sebagian bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH berada diluar batas normal dan nilai pH sendiri juga diluar batas normal
3.      Kompensasi Penuh
Dikatakan kompensasi penuh bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH diluar batas normal, tetapi nilai pH dalam batas normal.


N.    Akibat Gangguan Keseimbangan Asam Basa
  1. Asidosis akan meningkatkan konsentrasi K dalam darah. Sehingga fungsi sel dan enzim tubuh memeburuk. Kemudian mengakibatkan aritmia ventrikuler.
  2. Alkalosis akan menurunkan konsentrasi K dalam darah. Sehinggga afinitas Hb – O2 meningkat. Akibatnya pelepasan O2 kejaringan sulit. Sehingga terjadi hipoksemia.
  3. Kenaikan pCO2 (80 – 100 mmHg) akan mengakibatkan koma dan aritmia serta vasodilatasi pembuluh darah. Bila hal ini terjadi diotak maka aliran darah ke otak akan meningkat dan mengakibatkan kenaikan tekanan intra cranial.
  4. Penurunan pCO2 (< 25 mmHg) akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah. Sehingga aliran darah kejaringan turun. Bila hal ini terjadi diotak maka akan terjadi hipoksemia otak.

O.    Manajaemen Gangguan Asam Basa
  1. Pemberian Bikarbonat
Dosis: 1/3 x BB x (|BE| - 2)
Diberikan setengah dosis dahulu, kemudian setalah 30 – 60 menit dievaluasi kembali hasilnya. Bila belum optimal dilanjutkan pemberian sisanya.
  1. Terapi Oksigen
Dengan NRM bila PCO2 tinggi dan dengan RM bila pCO2 rendah.
  1. Ventilator, bila pCO2 > 60 nnHg atau pO2 < 60 mmHg


DAFTAR PUSTAKA
http://www.rcjournal.com/cpgs/sabgacpg.html